20 April 2024 | Dilihat: 229 Kali
BESOK HARI KARTINI, TERUSLAH EMANSIPASI PEREMPUAN “TERBIT DAN BENDERANG”
noeh21

Infoaktual.id Jakarta | Besok 21 April 2024, Indonesia peringati Hari Kartini. Seperti diketahui, berkat Kartini, wanita bukan lagi sosok yang hanya berdiam di rumah, mengurus suami dan anak.
 

Perempuan Indonesia sudah bisa menjadi apa pun, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Kartini adalah pejuang emansipasi kaum perempuan.

Jasanya membuat para perempuan Indonesia kini bisa mengenyam pendidikan setinggi apapun, berpartisipasi dalam kursi pemerintahan, lalu bekerja dengan profesi tinggi, bahkan kedudukannya setara dengan laki-laki.

Untuk menghormati dan mengingat perjuangan serta jasa Kartini, pemerintah kemudian tetapkan Hari Kartini setiap 21 April. Hari Kartini mulai dilaksanakan sejak ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden Ir Soekarno.

Lewat keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan.

Pemilihan 21 April sebagai Hari Kartini, lantaran tanggal tersebut adalah merupakan hari kelahiran Kartini, yakni  21 April 1879. 

Pada sekelumit perjuangannya dikisahkan dalam jurnal “R.A Kartini, Emansipator Indonesia Awal Abad 20”, Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini adalah anak pasangan R.M.A.A Sosroningrat dan M.A Ngasirah.

Ayahnya merupakan Bupati Jepara. Adalah eorang priyayi dan aristokrat. Sosroningrat dikenal sebagai bupati yang intelek dan pandai berbahasa Belanda. Kemampuan bahasa Belanda itu kemudian menurun pada Kartini.

Kartini belajar secara otodidak, dan mulai menulis surat dengan sahabat pena yang berasal dari Belanda. Pula Kartini gemar membaca.

Salah satu buku bacaannya adalah buku berbahasa Belanda, seperti De Stille Kraacht karya Louis Coperus dan Die Waffen Nieder karya Berta von Suttner.

Bacaan-bacaan itulah yang menumbuhkan pemikiran ala perempuan Eropa yang maju pada diri Kartini. Sementara di Indonesia, pada saat itu, status sosial perempuan masih dipandang rendah. Sayangnya, Kartini sama seperti perempuan pribumi yang malang lainnya.

Setelah lulus di Europeesche Lagere School, Kartini memiliki keinginan melanjutkan pendidikan tinggi. Namun keinginan itu sirna setelah orang tuanya menentang. Kartini lalu dipingit selama bertahun-tahun, dan baru benar-benar diperbolehkan keluar pada 1898.

Awal perjuangan Kartini dimulai saat dia mendirikan sekolah khusus putri di Jepara. Di sekolah tersebut, mereka diajarkan cara menjahit, menyulam, dan memasak.

Kartini juga kerap menuliskan surat untuk temannya di Belanda bernama Rosa Abendanon, yang berisikan keinginannya untuk menaikkan derajat wanita Indonesia.

Kartini bahkan bercita-cita menjadi seorang guru, meski keinginan tersebut tak pernah terwujud karena dia harus menikah dengan seorang Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat.

Ternyata, suami Kartini sangat mendukung cita-citanya, diizinkan membangun sebuah sekolah khusus putri di Rembang (sekarang Gedung Pramuka).

Sebelum Kartini sempat melihat buah dari perjuangannya, dia mengembuskan napas terakhir setelah melahirkan putranya bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904.

Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan, tepatnya pada 17 September 1904. Jasad Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Untuk mengenang sosoknya sebagai pahlawan emansipasi, didirikanlah sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti di Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon.

Surat-surat yang dikirimkan kepara sahabat penanya di Belanda dikumpulkan dan dibuat menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Demikian sekelumit kisah perjuangan Kartini, selamat hari Kartini, teruslah emansipasi perempuan “terbit dan benderang”, semoga. (squrcenas.sindinews.com/hl)

 

Alamat Redaksi/ Tata Usaha

Jalan Anoa No 27 Palu  0822-960-501-77
E-Mail : Infoaktual17@yahoo.com
Rek : mandiri 1510005409963